Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, mengatakan, perekonomian sektor sekunder dan tersier di Jawa Timur harus diperkuat. Salah satunya, dengan mereorientasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada.
Hal itu disampaikannya, saat hadir menjadi Keynote Speech atau Pembicara Kunci dalam kegiatan Seminar Nasional Administrasi Bisnis (Sinabis) di Surabaya, Rabu (1/11/2023).
Lebih lanjut, Emil menerangkan, sektor primer adalah sektor yang mengacu pada produksi dan ekstraksi bahan mentah, seperti bidang pertanian dan perkebunan. Sedangkan sektor sekunder, adalah industri pengolahan barang-barang dari sektor primer. Sementara sektor tersier tidak menawarkan barang, melainkan jasa, seperti pada pariwisata, transportasi atau logistik.
“Ekonomi Jawa Timur itu yang terbesar adalah manufaktur pabrik industri yang menyumbang sepertiga dari perekonomian, nomor dua baru perdagangan hampir 20%. Jadi hampir setengah perekonomian Jawa Timur itu industri dan perdagangan. Baru kemudian pertanian, hanya 10-11%,” terangnya.
Karena diketahui sepertiga warga Jawa Timur bekerja di sektor pertanian, Emil menilai, hal tersebut tidak sepadan dengan sektor pertanian yang hanya menyumbang perekonomian sekitar 10-11% saja. Maka, Wagub Emil khawatir akan terjadi keterbatasan peningkatan faktor input untuk meningkatkan suatu produksi di Jawa Timur pada sektor pertanian.
“Dalam pengantar ekonomi itu ada istilah the diminishing marginal utility atau the diminishing marginal productivity. Maksudnya, ini misal ada lahan sawah di isi satu orang produktivitasnya per orang 100, begitu ditambah menjadi dua orang, mereka menjadi lebih efisien kerja sama atau kolaborasi. Per orangnya bisa jadi 120, begitu ditambah tiga orang malah turun produktivitasnya, karena tambahan orang tidak bisa mengangkat nilai tambah daripada lahan itu. Sehingga terjadi the diminishing marginal label productivity. Nah ini yang saya khawatirkan terjadi di Jawa Timur,” papar Emil.
“Inilah yang harus kita punya sebuah mindset ke depan, bisakah Jawa Timur tumbuh hanya mengandalkan sektor primer. Kalau memang tidak bisa, mau tidak mau kita harus ambil sektor sekunder dan tersier,” tambah Emil.
Dalam menggerakkan perekonomian, Emil menyebutkan, ada beberapa sinergi dan kolaborasi yang diperlukan supaya berjalan dengan lancar. Dikatakannya, saat ini sinergi tersebut tidak hanya tiple helix melainkan hexahelix. “Sinergi hexahelix itu terdiri dari, bisnis, komunitas, keuangan, media, pemerintah, dan akademisi. Peran perguruan tinggi sebagai akademisi, ini tantangan kita,” sebutnya.
Emil mengatakan, untuk menggerakkan akademisi, saat ini Pemprov Jatim punya program dual track bagi siswa SMA, yakni program yang memberi pembekalan berupa keterampilan siap kerja seperti tata boga, tata busana, keahlian komputer dan lain-lain. Karena diketahui, para lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi hanya 30%, hampir 70% itu langsung bekerja.
“Nah inilah yang kita lakukan dengan program kita bernama Millennial Job Center. Kita jodohin, antara pelaku usaha dengan talenta seperti yang pintar desain, maupun fotografi. Cuma, karena talenta ini otodidak dan minim pengalaman, kita dampingi dengan mentor. Mereka kemudian bisa bekerja untuk client. Kita yang carikan client, sehingga mereka punya bekal,” ujarnya.
Melalui program Millenial Job Center tersebut, Emil mengungkapkan, sampai hari ini Pemprov Jatim sudah menghasilkan lebih dari 7.500 proyek yang diisi sejak tahun 2019. “Nah ini adalah salah satu upaya kita untuk mendorong agar generasi muda kita tidak terombang-ambing. Melalui ini juga, mereka bisa menjadi agen perubahan karena pelaku UMKM yang harus migrasi ke sistem digital itu, bisa terbantu dengan talenta yang ada,” ungkap Emil.
Oleh karena itu, supaya perekonomian sektor sekunder dan tersier tersebut dapat bergerak dengan baik, Emil menganjurkan masyarakat, supaya mencintai produk dalam negeri. “Kalau selamanya kita tidak pakai produk dalam negeri, ya semakin sempit peluang kita untuk memberi lapangan kerja. Nah, untuk menggerakkan multi player effect atau ekonomi yang berputar, makanya kita harus bangga buatan produk Indonesia. Termasuk sekarang itu minimal 40-60% harus belanja produk buatan dalam negeri,” pungkasnya.
Diketahui, Seminar Nasional Administrasi Bisnis atau Sinabus yang dihadiri Wagub Emil ini merupakan acara yang diinisiasi oleh Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur. Acara tersebut merupakan acara rutinan prodi yang di dalamnya berisi kegiatan para peserta mempresentasikan hasil pengabdiannya kepada masyarakat terkait administrasi bisnis.
Selain Wagub Emil yang hadir sebagai pembicara kunci, hadir pula tiga narasumber lain yakni, seorang praktisi digital marketing Abid Sapta, perwakilan BRIN Yanuar, dan Dosen UPN Veteran Nurul Azizah. Adapun peserta yang mengikuti acara ini secara online berjumlah 445 peserta.(fia/rls)